Saturday, April 11, 2015

[Nyampah Online] - Menjemput Sakura II

Niatnya dari awal memang mau cerita tentang 6 hari pertama di Jepang saja. Ternyata intro cerita sampai Komatsu Airport saja sudah panjang banget di [Nyampah Online] - Menjemput Sakura I. Oke, kali ini benar-benar lanjut sesudah sampai di jepangnya.

Jum'at, 3 April 2015
Asahidai, Nomi, Ishikawa

Sekitar 20 menit perjalanan dari bandara Komatsu akhirnya sampai juga kami di komplek bangunan Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST) yang terdiri dari beberapa gedung yang  menjulang dan saling terhubung satu sama lain. JAIST memiliki semacam 3 fakultas yaitu School of Knowledge Science, School of Information Science dan School of Material Science yang masing-masing memiliki beberapa gedung sendiri (yang tetap dihubungkankan dengan semacam sky way dari satu gedung ke gedung lain). Saat pertama ke lab aku heran kenapa pintu lift nya PINK semua. Kusen pintu-pintu dan label-label ruangannya juga PINK. Petunjuk jalan di lantai juga PINK. Why everything should be PINK!?!?!
Tapi pekan berikutnya ketika aku jalan-jalan dari gedung ke gedung tetiba nyasar ke gedung yang interiornya semuanya UNGU. pintu lift nya UNGU. Kusen pintu-pintu dan label-label ruangannya juga UNGU. Petunjuk jalan di lantai juga UNGU. Oooh ternyata aku di gedung School Knowledge Science. Begitu juga ketika aku sampai di gedung School of Material Science yang letaknya berseberangan dengan gedung School of Information Science, mayoritas interior di gedung School of Material Science berwarna biru muda. Oh I see.. so I am in a Pink School. Sedangkan untuk gedung-gedung non fakultas seperti gedung Administratif, perpustakaan, dll menggunakan warna-warna netral. Tidak ada yang dominan.


Begitu turun dari bus, dua orang teman baru (suami istri) sudah menungguku. Vietnamese yang lain juga di jemput tutor masing-masing. Jadi setiap mahasiswa international baru selalu difasilitasi seorang tutor untuk mendampingi si siswa mengurus segala administrasi yang banyaknya minta ampun dan mengenalkan norma-norma yang berlaku di Jepang. Aku juga punya tutor yang dipilihkan sensei. Aku kurang tahu bagaimana mekanisme pemilihan tutor, sepertinya tutorku ini atas rekomendasi sensei, sengaja dipilihkan sesama orang Indonesia. Namun karena hari itu tutorku sedang ada keperluan di Tokyo alhasil tugas untuk menjemputku digantikan oleh Pak H (dan istrinya) yang tak lain dan tak bukan juga merupakan teman satu lab.

Oleh para tutor, Vietnamese tadi diantar ke International Student Section untuk mengambil kunci dormitory dan segepok buku panduan 'kehidupan'. Namun, tidak seperti siswa lain yang langsung menuju international student section, Pak H, segera mengantarku ke Lab menemui sensei sedangkan istrinya memilih menunggu koperku datang di ruang tunggu.

"Kata Sensei disuruh ke lab dulu." Begitu kata Pak H (sebenarnya kami di lab memanggil nama langsung untuk sensei kami. Tapi demi alasan kesopanan, biarlah kusebut 'Sensei' saja di sini).

Sempat deg-deg an pertama kali bertatap muka dengan Sensei karena menurut informasi yang kudengar beliau orangnya strict. Tapi, bismillahirrahmanirrahim... Semoga aku bisa bekerja dengan baik di Lab-nya.
Pertemuan pertama dengan Sensei tidak lama, hanya sekedar say hello kemudian kami pun kembali ke turun dan mendapati informasi ternyata sesungguhnya tas-tas kami sudah ada di International Student Section. Sesudah mengambil all of my belongings dan kunci dorm di International Student Section itu, aku dan suami istri tadi menuju ke building 6 lantai 4. Kamarku. Kasihan juga sih Pak H harus mengangkat koper 29"-ku sampai ke lantai-4. Tapi mau bagaimana lagi, aku dan istrinya hanya bisa menyemangati beliau dan bersorak ketika sudah sampai di lantai 4  :D

Sampai di kamar naruh barung barang-barang saja, sholat dhuhur yang di jamak ta'khir di waktu ashar, kemudian balik lagi ke lab. Sensei mengenalkanku dengan teman-teman lab yang lain. Di JAIST ini siswa Indonesia sangat sedikit, paling cuma 7 orang seantero kampus. Tapi yang sedikit itu ngumpul di satu lab. Aku salah satunya :D

Di lab Pak H mendaftarkan MAC Address ponsel dan netbookku agar bisa pakai koneksi di seluruh area kampus termasuk di kamar. Habis dari lab, malamnya diajak Mbak D (istri Pak H) mampir ke rumahnya di family dormitory yang letak gedungnya bersebelahan dengan gedung dormitory ku yang khusus single. Dari rumah mbak D, pulang-pulang dapat hibah futon, seperangkat gordyn, sejumput beras, dan pinjeman rice cooker. Eh dikasih makan malam juga. Alhamdulillah... :D
Jadi begitu sampai di kamar bukannya beres-beres, tapi malah pasang futon, sprei dan nyalain heater kemudian langsung bablas aja. 

Komatsu lagi Komatsu lagi
4 April 2015

Waktu di rumah Mbak D semalam, istri salah satu teman lab yang lain (Indonesia juga tentunya) WA aku ngajak jalan-jalan keesokan harinya, sebut saja namanya Na. Ya, Na aja, ga pake 'mbak' karena dia setahun lebih muda dariku dan tidak  mau dipanggil mbak. Begitu juga aku, merasa lebih junior tidak mau dipanggil mbak, akhirnya kita saling panggil nama.
JAIST menyediakan fasilitas transportasi seperti standar bis di Jepang yang memiliki jadwal dan ketepatan waktu yang ajib banget on time nya secara GRATIS menuju kota-kota sekitar. Maklum, kita kan di dalam hutan, jadi difasilitasi selengkap-lengkapnya biar ga jadi manusia hutan beneran :D
Khusus untuk jurusan shuttle yang ke Komatsu, kita harus pesan dulu sebelum berangkat. Na memesan 3 kursi JAIST shuttle menuju kota Komatsu. Jam 7.35 kami bertiga (aku, Na dan suaminya) berlari-lari menuju pemberhentian shuttle karena jadwal keberangkatannya adalah jam 7.36. Telat 1 detik lagi mungkin kita sudah ditinggal shuttle. Masih ngos-ngos-an karena hampir telat, Na mencentang nama-nama kami di daftar penumpang yang dibawa pak sopir.
Di Depan Stasiun Komatsu

20 menit kemudian kami turun di halte di Stasiun Komatsu, JR Komatsu, dan menunggu Orenji Bassu (Orange Bus), yang akan mengantar kita ke salah satu pusat perbelanjaan di Komatsu. Namun bis yang kita tunggu masih cukup lama, sehingga aku dan Na jalan-jalan aja di sekitar stasiun sambil foto-foto. Suaminya? Dia masuk ke stasiun menghangatkan diri di ruang tunggu sambil belajar. Ya. Be-la-jar. Aku jadi mikir mungkin aku nanti juga akan seperti itu. Ingat. Sensei kami terkenal strict.

Komatsu Urara Theater terletak di sekitar stasiun


Tiket Bus
Bus yang ditunggu pun tiba, Na mengajariku bagaimana naik transportasi umum yang baik dan benar :D
"Kalau pintu dibuka, otomatis tiket keluar, nah kamu ambil ini, nanti pas pintu nutup, otomatis tiketnya ketelen lagi, baru keluar kalau pintu kebuka lagi."

"Tiket kamu kan tiket 1, nanti di layar di atas pak sopir itu muncul tarif masing-masing tiket untuk tiket 1 150 yen, tiket 2 250 yen, dan seterusnya,"

"Bapaknya ngomel tu kalau pas jalan kita berdiri. disuruh duduk katanya."

Dan aku pun menurut dengan kalemnya.

Sampai di pusat perbelanjaan yang dimaksud, Na mulai mengajariku memilih makanan-makanan yang halal. Memilih bahan-bahan apa saja yang perlu dicek dulu atau yang sudah dipastikan aman-aman saja (InsyaaAlloh).

Dari satu pusat perbelanjaan kita berpindah ke pusat perbelanjaan lain yang jaraknya cukup 5-10 menit jalan kaki. Total hari itu kita menjajaki 4 pusat perbelanjaan yang salah satunya adalah DAISO. Iyaa DAISO yang ituu. Daiso yang seperti di PVJ Bandung itu... Yang all in one price itu.. Malahan lebih murah di Jepang.
Tak terasa tangan kami bertiga sudah tak kuasa lagi ditambahi hasil belanjaan. Kami pun menuju ke pusat perbelanjaan pertama tempat kami turun dari bis untuk sholat dhuhur (di powder room) dan menunggu bis. Tak berapa lama kemudian bis yang sama dengan sopir yang sama (mungkin ini yang dinamakan takdir :D) datang menjemput kami.

JAIST shuttle akan menjemput kami lagi di Stasiun Komatsu pukul 16.50. Masih ada waktu sekitar 3 jam. Akhirnya kami memilih ngendon di bis selama hampir 2 jam sambil lihat jalanan di Komatsu. Ada rekaman alakadarnya selama di bis nih. Lain kali mungkin bisa lebih oke gambarnya.



Hampir pukul 4 sore bis yang kami tumpangi sudah kembali ke Stasiun Komatsu. Masih ada waktu sekitar 1 jam sampai JAIST Shuttle menjemput kami. Aku dan Na kembali berjalan-jalan. Suaminya? Ya dia balik menghangatkan diri di ruang tunggu di dalam stasiun sambil belajar. Be-la-jar... Entah mengapa aku merasa perlu menekankan kata be-la-jar ini sesering mungkin #fiuh

Beruntungnya kami, di sekitar stasiun komatsu sedang ada tour gratis di Traktor Komatsu (Komatsu yang ini adalah merk traktor lho, bukan Kota Komatsu) super gede yang katanya bisa ngangkut 10 gajah  afrika. Dengan pakai helm lapangan, aku, Na dan pengunjung lain masuk ke dalam truk. nyoba-nyoba setirannya, turun lagi, lihat-lihat mesin di bawahnya, dan tentu saja yang wajib dilakukan adalah... foto-foto....
Hanya untuk memberi gambaran sebesar apa traktor ini
Masih di sekitar stasiun komatsu juga, ada museum anak-anak dan science hill. Kami tidak punya cukup waktu untuk ke science hill waktu itu, dan harus cukup puas dengan mengunjungi museum anak-anak, museum kecil yang berisi ilmu pengetahuan dunia per-traktor-an yang disajikan dengan menarik karena memang ditujukan untuk anak-anak.

Capek?

Iya. Kalau bagi Na ditambahi banget karena ia sedang hamil 6 pekan. Jadi sebenarnya sudah mulai teler-teler gitu.
Jadilah kita selonjoran duduk-duduk di taman. Sambil santai-santai aku coba foto-foto pemandangan sekitar yang penuh bunga warna warni. Bunga sakura ini salah satunya. Tidak terlalu bagus karena di-zoom dari kejauhan (males jalan). Ada beberapa foto lain ada di instagramku. Kalau mau lihat bisa dilihat di user soupbee.

Sakura di JR Komatsu

Tik tok tik tok tik tok, pukul 16.30 kami menjemput suami Na dan hasil belanjaan yang seabrek di ruang tunggu. Dengan langkah sempoyongan karena keberatan bawa belanjaan, kami menuju JAIST Shuttle bus yang akan mengembalikan kami ke hutan yang tidak belantara. Sengaja aku duduk di depan agar bisa ambil gambar cukup jelas. Nih, kalau mau lihat bisa merujuk ke video ini.


Blanja Blinji (lagi)
5 April 2015

Dari Komatsu Sabtu lalu kami sampai JAIST hampir jam setengah enam. Saking capeknya, Na tepar seharian berikutnya. Aku? Masih cukup banyak energi hura-hura (tp belum cukup energi untuk be;la;jar). Esok hari aku diajak Mbak D dan Pak H yang menjemputku waktu pertama datang di JAIST ke Tsurugi, Nonoichi, dan sekitarnya dengan mobil pribadinya.

Kita janjian jan 10 a.m kemudian diundur mbak D jadi jam 11 dan kemudian kuundur lagi jadi jam 11.10 #kelakuan -_-
Bertemu di depan building 6, kemudian kami berjalan menuju parkir. Perjalanan menuju parkir mendapati sakura-sakura di JAIST sudah mekar, hasrat foto-foto pun tak tertahankan. Terlalu indah untuk dilewatkan :D


Di Tsurugi aku ditunjukin ke Marue, supermarket yang biasanya jual telur murah di hari Ahad. Tapi hari itu aku tidak beli telur karena sudha beli sama Na kemarin.

Dari Marue, mbak D minta diaterin ke Style Go To, sebuah 'toko kain'. Ceritanya mbak D lagi seneng-senengnya jahit menjahit. Dalam bayanganku waktu itu, toko kain tu ya seperti Benteng Trade Center di Solo atau Blok M gitu. eTernyata...... bayanganku jauuuuh meleset. Ternyata yang namanya toko kain itu ya se-kece dan display-nya se-oke di Daiso.Dan dan dan..... kain-kain dan segala perlengkapannya lucu-lucu...... aaaaak kawai to the max. Aku yang dasarnya ga terlalu ngeh soal properti yang kawai kawai saja berbinar-binar matanya. Saat itu aku langsung teringat kawan-kawanku yang suka merajut, tali temali yang lucu-lucu dan segala sesuatu yang imut lainnya.

Ah pasti mereka kalap abis kalau lihat kain-kain dan barang-barang ini. Semoga kalian bisa segera ke sini ya kawan-kawan ^_^

Salah satu slot kain-kain jualannya. Sampai bingung mana yang harus difoto
Soal harga ya... relatif laah... bisa dibilang standar bisa dibilang mahal. Tergantung standarnya pembandingnya.

Habis dari Style Go To, kita ke supermarket lagi entah-apa-namanya dan aku cuma beli beras 10kg dan minyak 1 liter. Kemudian sudah siang dan kami pun cari tempat makan (sushi). Patokannya adalah 1. Restoran itu tidak jual babi, 2. Sushi yang disajikan tidak belum dicampur apa-apa. Jadi kita makan sushi di restoran sushi dengan ciri-ciri di atas dan membawa soya sendiri yang sudah dicek ke-halal-an nya. Tempat kita makan ini all in one price juga. Semua sushi (kecuali yang bertanda khusus) seporsi cuma 100 yen (ditambah pajak 8% jadi 108 yen).
Lucunya selesai makan kita bisa mainan. Seperti di video ini ni mainannya. Kalau beruntung bisa dapat bola-bola yang isinya gantungan kunci. Dan waktu itu kami kurang beruntung. Aah daijobu ne...


Hehe... ternyata panjang juga ceritanya. Aku lanjutin ke [Nyampah Online] - Menjemput Sakura III aja kalau begitu :D


No comments:

Post a Comment